Profil Desa Layansari

Ketahui informasi secara rinci Desa Layansari mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Layansari

Tentang Kami

Jelajahi profil Desa Layansari, Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap. Sebuah desa agraris yang memadukan potensi pertanian padi dengan inovasi ekonomi melalui BUMDes, pengembangan wisata edukasi Tirta Ulam Sari, dan program pembangunan yang berfokus pada infr

  • Pilar Ekonomi Agraris

    Mayoritas penduduk Desa Layansari bergantung pada sektor pertanian, dengan padi sebagai komoditas utama yang ditanam di hamparan sawah yang luas.

  • Inovasi Ekonomi BUMDes

    Desa Layansari aktif mengembangkan sumber pendapatan baru melalui BUMDes "Bejo Kemayangan", yang berhasil meluncurkan destinasi "Wisata Edukasi Tirta Ulam Sari".

  • Pembangunan Terfokus

    Pemerintah desa memprioritaskan pembangunan infrastruktur jalan untuk mengatasi tantangan geografis dan berinvestasi pada sumber daya manusia melalui program beasiswa bagi siswa berprestasi.

Pasang Disini

Desa Layansari, sebuah unit pemerintahan di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, menjelma menjadi sebuah contoh nyata dari perpaduan antara kekuatan agraris tradisional dan semangat inovasi ekonomi modern. Berada di jalur strategis yang menghubungkan berbagai wilayah di bagian barat Cilacap, desa ini terus berupaya mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya, mulai dari hamparan sawah yang subur hingga inisiatif pengembangan pariwisata dan pemberdayaan masyarakat melalui badan usaha milik desa (BUMDes). Dengan topografi dataran rendah yang didominasi oleh lahan pertanian, Layansari memantapkan posisinya sebagai salah satu lumbung padi penting di Kecamatan Gandrungmangu, sembari terus berbenah dalam pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Berita profil ini akan mengupas secara mendalam berbagai aspek kehidupan di Desa Layansari, mulai dari akar sejarahnya, kondisi geografis dan demografis, dinamika perekonomian yang bertumpu pada pertanian dan BUMDes, tata kelola pemerintahan, hingga tantangan dan prospek masa depan yang dihadapinya. Melalui data yang dihimpun dari berbagai sumber terpercaya, termasuk situs resmi pemerintah desa, pemberitaan media dan data publik, gambaran utuh mengenai Desa Layansari sebagai sebuah wilayah yang dinamis dan berpotensi akan tersaji secara objektif dan komprehensif.

Sejarah dan Pembentukan Wilayah

Desa Layansari secara resmi berdiri sebagai sebuah desa mandiri pada tahun 1990. Kelahirannya merupakan hasil dari pemekaran wilayah dari desa induknya, yakni Desa Gandrungmanis, Kecamatan Gandrungmangu. Proses pemekaran ini menjadi sebuah tonggak penting dalam sejarah pemerintahan lokal, yang bertujuan untuk mendekatkan pelayanan publik dan mengakselerasi pembangunan yang lebih merata di tingkat akar rumput.

Nama "Layansari" sendiri memiliki akar historis yang kuat dengan wilayah asalnya. Menurut catatan sejarah desa, kata "Layan" diambil dari nama "Cawilayan," yang merupakan salah satu nama dusun di Desa Gandrungmanis sebelum terjadinya pemekaran. Penambahan kata "Sari" di belakangnya melambangkan harapan agar desa yang baru terbentuk ini dapat tumbuh menjadi wilayah yang makmur, subur, dan menjadi inti (sari) dari kemajuan bagi masyarakatnya.

Setelah pemekaran, Desa Layansari secara administratif dibagi menjadi empat dusun utama yang menjadi pusat-pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat. Keempat dusun tersebut ialah Dusun Cawilayan, Dusun Wungureja, Dusun Wungusari, dan Dusun Tegalsari. Setiap dusun memiliki karakteristik dan sejarahnya masing-masing. Dusun Tegalsari, misalnya, dinamai demikian karena secara geografis wilayahnya didominasi oleh lahan "tegalan" yang banyak ditanami tanaman palawija, menunjukkan bagaimana kondisi alam sejak awal telah membentuk identitas dan corak ekonomi di setiap sudut desa.

Geografi dan Kondisi Demografis

Secara geografis, Desa Layansari terletak di Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, dengan koordinat sekitar 7°33′21″S 108°51′40″E. Wilayahnya didominasi oleh dataran rendah dengan hamparan area persawahan yang luas. Kondisi ini menjadikan Layansari sebagai daerah agraris yang sangat bergantung pada ketersediaan air irigasi untuk menopang kegiatan pertanian. Sebagian besar lahan produktif di desa ini dimanfaatkan untuk menanam padi, yang menjadi komoditas utama dan penopang hidup mayoritas warganya.

Kecamatan Gandrungmangu sendiri merupakan salah satu kecamatan terluas di Kabupaten Cilacap, berjarak sekitar 73 kilometer ke arah utara dari ibu kota kabupaten. Lokasinya yang berada di bagian tengah kabupaten menjadikannya sebagai jalur perlintasan yang cukup ramai. Namun seperti yang tercatat dalam beberapa sumber, kondisi infrastruktur jalan di beberapa titik di Desa Layansari menjadi tantangan tersendiri. Stabilitas tanah yang kurang baik di beberapa area menyebabkan ruas jalan penghubung, termasuk jalan yang vital menuju Desa Gintungreja, rentan mengalami kerusakan dan memerlukan perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan.

Dari sisi demografi, data spesifik mengenai jumlah penduduk, kepadatan, dan struktur usia untuk Desa Layansari tidak selalu tersedia secara publik dalam basis waktu terkini. Namun, mengacu pada data agregat Kabupaten Cilacap dan profil umum desa-desa di sekitarnya, mayoritas penduduk berada dalam usia produktif dan bekerja di sektor pertanian. Pemerintah Desa Layansari terus berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui berbagai program, salah satunya ialah program beasiswa bagi siswa miskin dan berprestasi yang dianggarkan melalui Dana Desa. Hal ini menunjukkan kesadaran pemerintah desa akan pentingnya investasi di bidang pendidikan untuk menciptakan generasi penerus yang mampu membawa kemajuan bagi desa di masa depan.

Pilar Ekonomi: Pertanian dan Inovasi BUMDes

Perekonomian Desa Layansari kokoh ditopang oleh sektor pertanian. Hamparan sawah yang luas menjadikan padi sebagai komoditas andalan yang hasilnya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga disalurkan ke berbagai daerah lain. Kelompok-kelompok tani, seperti Kelompok Tani (Poktan) Tani Mulyo, memegang peranan krusial dalam menjaga produktivitas dan menerapkan teknik-teknik pertanian yang lebih efisien. Sinergi antara petani, pemerintah desa, dan penyuluh pertanian lapangan (PPL) seringkali terlihat dalam berbagai kegiatan, termasuk dalam kegiatan ubinan untuk mengukur produktivitas panen sebagai dasar evaluasi dan perencanaan musim tanam berikutnya.

Selain padi, sebagian kecil masyarakat juga menanam sayuran dan palawija, terutama di area-area tegalan seperti di Dusun Tegalsari. Di masa lalu, wilayah di sekitar Gandrungmangu juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil jeruk dengan rasa yang manis, sebuah potensi yang mulai digali kembali melalui inisiatif ekonomi baru.

Titik balik penting dalam diversifikasi ekonomi desa terjadi melalui aktivasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) "Bejo Kemayangan". BUMDes ini menjadi motor penggerak inovasi ekonomi di luar sektor pertanian tradisional. Salah satu terobosan paling signifikan yang diluncurkan ialah "Wisata Edukasi Tirta Ulam Sari". Diresmikan pada awal Maret 2024, destinasi ini dirancang sebagai wahana rekreasi sekaligus pusat pembelajaran mengenai perikanan dan alam. Kehadiran wisata edukasi ini tidak hanya membuka lapangan kerja baru bagi warga lokal, tetapi juga menciptakan sumber pendapatan asli desa (PADes) yang baru dan potensial.

Lebih lanjut, untuk mendukung pemasaran produk lokal, Desa Layansari bersama beberapa desa tetangga menginisiasi pendirian "Pasar Kawasan". Pasar ini bertujuan untuk menjadi etalase bagi produk-produk unggulan dari desa-desa sekitar, termasuk hasil pertanian seperti jeruk. Inisiatif ini menunjukkan visi ekonomi yang lebih luas, di mana desa tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada penguasaan rantai pemasaran untuk meningkatkan nilai jual produk dan kesejahteraan para petani.

Tata Kelola Pemerintahan dan Pembangunan

Roda pemerintahan di Desa Layansari berjalan secara dinamis di bawah kepemimpinan kepala desa dan jajaran perangkatnya. Balai Desa Layansari berfungsi sebagai pusat pelayanan administrasi, koordinasi pembangunan, dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Transparansi dan akuntabilitas menjadi salah satu fokus utama, yang tercermin dalam pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes).

Dalam forum Musrenbangdes yang diadakan secara rutin, berbagai pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan RT/RW, tokoh masyarakat, tokoh agama, karang taruna, kader posyandu, hingga kelompok tani, dilibatkan secara aktif. Pertemuan ini menjadi wadah untuk mengevaluasi program yang telah berjalan dan merumuskan prioritas pembangunan untuk periode berikutnya. Berdasarkan hasil diskusi publik, pembangunan infrastruktur, terutama perbaikan dan pemeliharaan jalan antardusun, kerap menjadi prioritas utama mengingat vitalnya aksesibilitas untuk kelancaran aktivitas ekonomi dan sosial warga.

Di samping pembangunan fisik, Pemerintah Desa Layansari juga menunjukkan komitmen kuat pada program-program pemberdayaan dan jaring pengaman sosial. Penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Desa dilaksanakan secara berkala untuk membantu warga kurang mampu di tengah tantangan ekonomi. Selain itu, program beasiswa tahunan senilai Rp15 juta bagi puluhan siswa miskin berprestasi merupakan investasi jangka panjang di bidang sumber daya manusia. Program ini, menurut Sekretaris Desa Layansari, Rahmat, dalam sebuah pemberitaan, bertujuan tidak hanya untuk meringankan beban keluarga tetapi juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajar dan meraih prestasi.

Sinergi dengan lembaga lain juga terbangun dengan baik. Kerja sama dengan Bhabinkamtibmas dari Polsek Gandrungmangu dan Babinsa dari Koramil 10/Gandrungmangu terlihat aktif dalam berbagai kegiatan, mulai dari pengamanan wilayah, kegiatan sambang warga, hingga pendampingan program-program ketahanan pangan. Hal ini menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi jalannya pembangunan di desa.

Kehidupan Sosial, Budaya, dan Tantangan Masa Depan

Kehidupan sosial masyarakat Desa Layansari diwarnai oleh semangat kebersamaan dan gotong royong yang masih kental. Hal ini terbukti ketika terjadi bencana alam, seperti angin puting beliung yang pernah melanda desa. Warga bersama pemerintah desa dan aparat terkait bahu-membahu memberikan pertolongan dan melakukan pemulihan pasca-bencana.

Organisasi kemasyarakatan dan keagamaan, seperti Gerakan Pemuda Ansor Ranting Desa Layansari, turut berperan aktif dalam membina generasi muda dan menjaga kerukunan antarwarga. Kegiatan-kegiatan di tingkat dusun dan RT/RW, serta aktivitas di puluhan posyandu yang tersebar di seluruh desa, menjadi perekat sosial yang menjaga harmoni di tengah masyarakat.

Meski memiliki banyak potensi, Desa Layansari juga dihadapkan pada sejumlah tantangan. Pertama, kondisi infrastruktur jalan yang belum optimal akibat kontur tanah yang labil memerlukan solusi rekayasa teknis yang lebih canggih dan anggaran yang tidak sedikit. Kedua, seperti halnya desa agraris lainnya, tantangan regenerasi petani menjadi isu penting yang perlu diantisipasi. Generasi muda perlu diyakinkan bahwa sektor pertanian bisa menjadi pilihan karier yang menjanjikan.

Ketiga, keberlanjutan inovasi ekonomi seperti wisata edukasi Tirta Ulam Sari memerlukan manajemen profesional dan promosi yang gencar agar dapat terus berkembang dan bersaing. Pengelolaan BUMDes harus terus ditingkatkan kapasitasnya agar mampu menjadi badan usaha yang sehat dan profitabel.

Ke depan, Desa Layansari memiliki prospek cerah jika mampu secara konsisten memadukan kekuatan utamanya di sektor pertanian dengan inovasi ekonomi yang adaptif. Dengan terus memperkuat tata kelola pemerintahan yang partisipatif, meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, serta mengatasi tantangan infrastruktur secara bertahap, Desa Layansari berpeluang besar untuk mewujudkan cita-citanya menjadi desa yang maju, mandiri, dan sejahtera bagi seluruh warganya.